Jumat, 09 November 2012

G A L A U

Coba tebak apa yang umumnya menggelayuti pikiran pasangan yang akan menikah kurang dari dua bulan lagi? Sekarang, setelah mengalaminya sendiri saya bisa bilang: “BANYAK!”

Kalau ada yang menebak kesibukan mempersiapkan pesta pernikahan?? rasanya nggak 100% benar juga. Saya malah udah mengesampingkan hal itu. Mau dekornya sederhana kek, atau bandnya biasa aj kek, saya pasrahh. Ya sudahlah…toh itu semua cuma akan terjadi satu hari saja. Masa sesudahnya lebih panjang dan berliku. Itu yang membuat saya pusing akhir-akhir ini.

Pertama soal rumah. Saat ini kami lagi konsen cari rumah kontrakan. Opsinya ada banyak. Mulai dari kos bareng (yang ini langsung dicoret si mas), rumah petakan tapi deket kantor (yang ini mas ogah2an buat bilang iya, aq juga sih), rumah sewa bulanan (yang ini karna mikir efektifitas bajet), sampai rumah yang nyaman tapi jauh dari kantor (kita semua setuju tapi cari rute terbaik). Proses nyarinya ternyata ga segampang beli kacang goreng ya. Ga cuma cocok di kantong tapi juga harus cocok sama kondisi rumah.

Aq hampir aja nyerah dan milih rumah yang pagarnya udah berkarat disana-sini, dinding yang udah lumutan, pokoknya udah ga terawatt banget. Semua hanya karena capek dan mulai nyerah buat nyari rumah yang pas. Tapi si mas yang ga tega ngontrakin saya rumah dengan kondisi yang mengenaskan. Memang kalau weekday waktu paling banyak kami habiskan di kantor. Tapi justru karena itu, setelah penat di kantor, sewaktu pulang kami ingin merasakan benar-benar seperti “pulang” ke “rumah”. Begitu juga kalau weekend, kami ingin benar-benar merasa nyaman di rumah. Karena kita berdua bukan tipe orang yang suka jalan di mall. Jadi, meskipun kecil, rumah harus benar-benar nyaman layaknya rumah pada umumnya.

Setelah muter sana sini, akhirnya pilihan jatuh juga sama rumah yang letaknya dekat sama stasiun sudimara. Memang kita agak kurang sreg sama lingkungan saat menuju rumah itu karena deket dengan stasiun dan pasar yang ramaii. Tapi akses buat aku kalopun nanti tetep kerja masih mudah. Ada kereta yang bisa menghubungkan ke lokasi-lokasi yang strategis. Rumahnya juga udah masuk cluster kecil yang ada satpam di depan. Jadi insyaAllah aman. Toh…nggak ada yang sempurna kan. Selama kekurangannya masih bisa ditoleransi yah gpp.

Dan kegalauan nggak berhenti di masalah rumah aja. Tapi juga tentang diri saya sendiri. Saya pun sempet jadi labil ababil. Kemarin bilang A, besoknya merasa B, lusanya sudah jadi C. Rasanya saya jadi ABG banget. Sayangnya bukan umurnya tapi pikirannya. Eitsss…tapi jangan berpikir saya ragu dengan sosok yang sudah saya pilih. Syukurlah semakin hari saya semakin mantab membangun rumah tangga dengannya.

Yang saya galaukan adalah pilihan tentang karir saya. Tetap bekerja itu pasti. Karena saya bukan tipe orang yang bisa diam di rumah dengan hanya menonton infotaiment dan sinetron. Oh God I’m not . Tapi yang saya galaukan adalah bekerja di perusahaan orang atau bekerja di perusahaan sendiri. Lalu tetap di bidang yang saya jalani saat ini, atau kembali pada bidang yang sesuai dengan background saya sebelumnya. Arghhh…labilll….

Kontrak kerja saya berakhir tepat seminggu sebelum saya menikah. Dan keputusan perusahaan untuk memutus kontrak, lanjut kontrak dengan istirahat sebulan, atau mengangkat sebagai karyawan tetap, baru diberitahukan di awal Maret. Itupun kadang molorrr sampai pertengahan atau akhir bulan menjelang kontrak berakhir.Sementara itu tawaran lain pun datang. Saya semakin punya banyak pilihan. Bersyukur karena masih bisa memilih, ya. Tapi juga makin bingung karena makin banyak pilihan. MAKIN LABILLLL

Yah, pilihan itu memang agak menyilaukan sih. Satu kesempatan dimana saya harus memilih antara uang atau kesempatan. Antara bermain di zona aman atau mencoba tantangan baru. Dan saya sempet agak sayang waktu tawaran itu berlalu yang sedikit banyak karena kesengajaan saya sendiri. Karena bagi saya uang bukan segalanya. Dan saya bukan orang cengeng yang tidak mau beranjak dari zona nyaman. Tapi dia tidak bisa menunggu saya, atau tepatnya keberatan dengan tawaran terakhir yang saya ajukan. Hmm….Ya mungkin namanya bukan rejeki. Ya sudah…Tapi kadang saya masih terngiang-ngiang dengan kata “CLOSED” di akhir emailnya. HAHAHA

Mungkin saya cuma kurang pasrah. Kurang yakin dengan apa yang sebenarnya hati kecil saya inginkan. Begitu takut dengan banyak hal. Maaf Tuhan, tidak pernah sedikitpun terbersit di benakku untuk mengabaikan kuasamu. Engkaulah yang berkehendak atas segala sesuatu Bantu saya untuk mengerti selalu ada cerita yang indah di setiap rencanamu.

*catatan 17feb2011